RESENSI BUKU SUMBANGAN ISLAM KEPADA ILMU PENGETAHUAN DAN PERADABAN MODERN
Oleh: Hasan Sobirin
Akhir-akhir ini , banyak pertanyaan dari berbagai kalangan, tentang metoda dakwah yang digunakan
sebagian kaum muslimin, yaitu dengan
menggunakan cara-cara kekerasan. Pertanyaannya, apakah memang begitukah peradaban Islam? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut sudah dipastikan membutuhkan jawaban yang panjang dan
diperlukan penjelasan yang terus menerus terutama mengenai sejarah Islam secara holistik dimulai dari peradaban
Jahiliyah kemudian terus menuju masa-masa penaklukan hingga masa kejayaan
(golden era) hingga akhirnya menemui masa
kemundurannya. Satu hal yang penting adalah membaca masa keemasan Islam
adalah berhubungan dengan masa kegelapan Eropa (Dark Age), yaitu suatu masa
yang tak berbentuk, tak berkarakter, yang berada di tengah-tengah Zaman Klasik
dan Renaissans, yang oleh ahli sejarah disebut zaman “medium aevum”, Abad
Pertengahan. Sebuah abad millenium yang kira-kira berusia dari tahun 500 – 1500
M, dimulai dari perebutan kota Roma oleh
Alarik, mengakibatkan kejatuhan Kekaisaran Romawi yang akhirnya Eropa Barat
mengalami kemunduran secara terus menerus dari abad ke -3 hingga abad ke -8.
Pada 330 M, Konstantin Agung memindahkan kekaisaran Roma ke Konstantinopel, kota
yang dibangunnya di dekat Laut
Hitam. Banyak yang
mengganggap kota tersebut adalah “Roma
kedua”. Pada 395 M, kekaisaran Romawi terbagi dua yaitu kekaisaran Barat dengan Roma pusatnya
dan kekaisaran Timur dengan kota baru
Konstatinopel sebagai ibukotanya. Romawi Latin dan Persia
Sassania adalah dua kerajaan yang adidaya dalam hal ekspansi militer, penerapan
hukum, pencapaian budaya, pembangunan jalan, kehebatan arsitektur. Mereka
adalah dua kekuatan hebat yang saling bertempur
dalam hal persenjataan, kelembagaan, kebudayaan yang di dalam nya semua
bangsa Asia Minor wajib berpartisipasi.
Pada tahun 570 M, di Hijaz Jazirah Arab,
dari rahim Siti Aminah lahirlah bayi laki-laki yang dinamai Muhammad
oleh kakeknya Abdul Muthalib. Mungkin, ibunya tak akan menyangka bahwa si kecil
akan merubah berbagai sudut kehidupan
manusia tidak hanya di Mekkah, Jazirah bahkan seluruh jagad alam semesta. Islam
adalah agama besar terakhir yang lahir dalam sejarah dunia, tidak terselubung
oleh kabut dongeng dan khayal. Islam menemukan metodologi ilmiah yaitu metode
empirik induktif dan percobaan yang menjadi kunci pembuka rahasia-rahasia alam
semesta yang menjadi perintis modernisasi Eropa dan Amerika. Wahyu Allah kepada
Muhammad yang pertama dimulai dengan Bacalah!
Sejak awal kita diwajibkan untuk membaca. Selanjutnya ayat-ayat AlQuran banyak
berisi pertanyaan “Apakah engkau tak berpikir?” (afalatatafakkarun) , “apakah engkau tak berakal?” (afala ta’qilun), serta sejumlah ayat
lain yang menganjurkan bahkan mewajibkan belajar dan mengajarkan ilmu. Nabi mewajibkan Aisyah, Zaid ibn Tsabit
bahkan membebaskan budak-budak belian untuk belajar membaca dan menulis. Untuk
keperluan menyebarkan agama, maka terjadilah gerakan “melek” huruf seperti belum ada bandingannya
pada masa itu sehingga kepandaian baca tulis tidak lagi monopoli kaum
cendikiawan dan bangsawan. Ini adalah langkah pertama gerakan ilmu secara
besar-besaran. Pada masa Penaklukkan
meluaskan Dar-al Islam oleh para sahabat Nabi juga Kekhalifahan Umayah dan
Abbasiah, Islam telah membentang dari Teluk Biskaya di sebelah barat hingga ke
Turkestan (Tiongkok) dan India, melebihi imperium Romawi pada puncak
kejayaannya. Jika pada mulanya gerakan ilmu itu hanya tertuju pada telaah
agama, maka kajian ilmu berkembang menjadi lebih luas. Pada masa Kekhalifahan,
perkembangan mempelajari ilmu menjadi lebih sistematik
Apa yang sudah dirintis oleh Dinasti Ummayah di Damaskus dilanjutkan oleh
Dinasti Abbasiah di Baghdad. Khalifah Al Mansur telah memperkerjakan para
penerjemah yang menerjemahkan buku-buku kedokteran, ilmu pasti, filsafat dan
bahasa Yunani, Parsi dan Sanskrit. Pada Masa Khalifah Al Makmun, kegiatan itu
diperhebat. Pada tahun 830 M, Khalifah Al Makmun bin Harun Al Rasyid mendirikan
Darul Hikmah atau Akademi Ilmu pengetahuan pertama di dunia, terdiri
dari perpustakaan, pusat pemerintahan, observatorium bintang dan universitas
kedokteran (Darul Ulum). Al Makmun pun mengirimkan serombongan penerjemah ke
Konstatinopel, Roma juga berbagai kota-kota lain. Diriwayatkan Al Makmum,pernah
bermimpi melihat sosok berkulit putih,
kemerah-merahan sikapnya gagah duduk di singgasana. Orang dalam mimpi itu tak
lain adalah Aristoteles. Mimpi itu menjadi inspirasi Al Makmun untuk
mensosialisasikan literatur Yunani di lingkungan akademinya, kemudian
penguasa rajin mengadakan surat menyurat
dengan Byzantium. Al Makmun mengutus tim kerja ke Yunani dan tak lama berselang
utusan itu kembali dengan membawa buku yang diterjemahkan. Inilah awal mula
penerjemahan di dunia arab pada masa Abad Pertengahan. Al Makmun pun mengundang
para fisikawan, matematikawan, astronom, penyair, ahli hukum ahli hadist, musafir
dari berbagai penjuru. Mereka diberi fasilitas dan perlindungan negara agar
dapat mencurahkan seluruh perhatian kepada pengembangan ilmu dan pengetahuan.
Berbeda dengan Eropa pada masa Abad Pertengahan (Abad Gelap) dimana kekuasaan otoriter dimiliki oleh
Gereja dan Kerajaan, Dar-al Islam sudah mendirikan
universitas-universitas besar yang selama beberapa abad melebihi apa yang
dipunyai Eropa Kristen. “Dunia ilmu pengetahuan banyak berutang budi kepada
kaum Muslimin. Kemungkinan mereka yang menemukan apa yang disebut angka-angka
Arab; Aljabar secara praktikan ciptaan mereka; mereka memajukan ilmu ukur
sudut, optika dan ilmu bintang. Mereka juga yang menemukan lonceng gantung
(pendulum); di bidang pengobatan mereka telah mencapai kemajuan istimewa;
mereka sudah menyelidiki ilmu faal dan ilmu kesehatan, mereka sudah melakukan
pembedahan-pembedahan tersulit yang pernah diketahui, mereka sudah mengetahui
cara membius serta beberapa cara merawat orang sakit. Ketika Eropa secara praktikal Gereja melarang praktek
pengobatan, ketika upacara agama seperti
mengusir setan-setan serta
rekaan-rekaan dianggap sebagai
penyembuhan bagi penyakit-penyakit , ketika tukang-tukang obat palsu dan
badut-badut amat banyaknya, di kala itu kaum Muslimin telah memiliki ilmu
kedokteran yang sesungguhnya. (Herbert A Davis ). Untuk itulah, tidak ada
sarjana-sarjana Muslim yang dipenjara, dibakar atau dibunuh berdasarkan
inkuisisi Gereja (pengadilan iman)
seperti yang dialami Nicolas Copernicus, Giordano Bruno, Galileo
Galilei, Miguel Servetto, juga ribuan wanita yang dibakar dengan tuduhan
sebagai penyihir.
Banyak sekali kaum terpelajar
Islam dari berbagai disiplin ilmu seperti Al Khawarizmi, Al Biruni, Ar Razi, Hunayn ibn Ishaq, Ibnu Sina,
Ibn Rusyd, At Thabari, Ibnu Khaldun, Al Farabi, Al Ghazali dan masih Banyak
lagi. Berbagai pemikiran cendikiawan Muslim ini mempengaruhi kehadiran sains di
Eropa, seperti misalnya Thomas Aquinas dan Benedictus Spinoza yang begitu
terpengaruh dengan Ibn Rusyd. Ibn Rusyd lah yang membuka belenggu ke-taklid-an
(tunduk dengan buta dan tuli) dan menganjurkan untuk kebebasan berpikir. Ibn
Rusyd mengulas Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang
berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunatullah
menurut pengertian Islam terhadap pantheisme mitologi (seluruh alam
diresapi ruh Tuhan, Tuhan ada di dalam segalanya). Ada pula dua bersaudara
Francis Bacon dan Roger Bacon, mereka adalah sarjana Universitas Islam yang
berjuang untuk mengenalkan sains (ilmu islam) di Barat. Dimana Barat pada saat
itu masih tenggelam di dalam dogma gereja yang dominan dan akan mengadili
setiap hal yang bertentangan dengan Gereja adalah perbuatan bidah , contohnya
Gereja mendukung teori Geosentris_bumi sebagai pusat, Ptolemy yang bersebrangan
dengan teori Heliosentris (Matahari sebagai pusat) karya Copernicus.
Sarjana-sarjana tersebut mencoba membebaskan diri dari pemikiran dogma dan
menjadikan fakta-fakta empirik sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Secara ringkas gerakan Islam yang
bersumber dari Filsafat dan Sains tersebut membidani :
1.
Kebangkitan kembali (Renaissance) kebudayaan
Yunani klasik pada abad 14
2.
Pembaruan Agama Kristen, abad 16 (Luther,
Zwigli, Calvin)
3.
Gerakan Rasionalisme, abad 17 (Rene Decartes,
Jhon Locke)
4.
Pencerahan (Aufklaerung, enlightenment), abad 18
(Voltaite, D, Diderot)
Dan yang menggemparkan dunia ilmu
adalah pada tahun 1919 Miguel Asin Palacios memberikan tesis bahwa Divina
Comedia Dante Alighieri dipengaruhi olleh
Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW berdasarkan karya gurunya Abu Bakar Muhammad ibn Ali Muhyiddin Al Arabi.
Demikianlah pengaruh Islam dalam
mewarnai dunia ilmu dan peradaban di Barat. Sabda Nabi adalah Al-‘imanu ‘uryan wa libasuhu at-taqwa wa
zanatuhu al haya’nwa tsamaruhu al-‘ilm. (Adapun iman itu telanjang,
sedangkan pakaiannya adalah takwa dan perhiasannya rasa malu serta buahnya
adalah ilmu). HR Bukhari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar