Sabtu, 07 Juli 2012

RADEN SALEH SYARIF BUSTAMAN (1814 -1880) Aristocrat, Painter, Scientist



Pendahuluan
Sebagai orang Indonesia, pasti tidak akan asing dengan nama-nama seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah, Affandi dll sebagai maestro seni lukis, atau minimal pernah melihat satu kali lukisan hasil karya nama-nama tersebut. Dilihat dari tahun lukisannya, nama Raden Saleh  bisa dikatakan sebagai awal seni lukis modern Indonesia. Selain sebagai maestro lukis, Raden Saleh ternyata menyimpan “warisan” yang tak ternilai bagi bangsa Indonesia, karena selain ilmuwan, bangsawan, dan maestro, dia pun menyimpan kontroversi yg menentukan arah pemikiran kebangsaan Indonesia. Raden Saleh adalah satu-satunya pelukis pribumi Hindia Belanda yang menjadi “Pelukis Sang Raja”.
Raden Saleh lahir di Terboyo Semarang, Jawa Tengah. Ayahnya bernama Sayid Husen bin Alwi bin Awal. Ibunya bernama Mas Ajeng Zarip Husen. Keduanya merupakan cucu dari Kyai Ngabehi Kertoboso Bustam (1681-1759)., seorang asisten Residen Terboyo dan pendiri keluarga besar Bustaman yang menghasilkan para residen, patih, dan anggota kelas priyayi Bustaman. Raden Saleh menghabiskan masa kecilnya di kediaman Kyai Adipati Soero Menggolo, Bupati Semarang diTerboyo. Sang bupati adalah pamannya, karena Suro adalah putra dari anak ketujuh kakek buyut Raden Saleh, yaitu Kyai Ngabehi Kertosobo Bustam. Sang Bupati adalah seorang pamong yang berpengetahuan luas dan berpikiran maju. Dia merupakan anggota perkumpulan kecil yang eksklusif, yaitu Javaansch Weldadig Genootschap (masyarakat filantropi) yang didirikan thn 1816. Pada tahun 1822, masyarakat ini memiliki 21 anggota yang terdiri dari pejabat tinggi Belanda, termasuk Baron van der Capellen yang saat itu menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda_dan istrinya. Baron van der Capellen bertindak sebagai pelindung masyarakat secara ex-officio. Anggota lainnya adalah para pemuka agama, para pengusaha, dan tiga orang pribumi yaitu Panembahan Noto Kusumo dari Sumenep, Bupati  Adimenggolo dari Semarang dan Raden Mas Saleh. Presiden perkumpulan ini adalah Pendeta Katolik Roma Phillipus Wedding, sementara sekretarisnya adalah J. van den Vinne, seorang inspektur sekolah dan anggota komisi pendidikan untuk Batavia dan wilayah sekitarnya. Sepertinya kegiatan sang bupati mendorong minat keponakannya pada seni lukis kebudayaan eropa.
Tidak jelas kapan Raden Saleh meninggalkan Semarang menuju Jawa Barat, yang pasti bakatnya tercium oleh Antonie Auguste Joseph Paijen (1792-1860) seorang pelukis berkebangsaan Belgia. Paijen tiba di Batavia thn 1817 dan mengenali kemampuan artistic bocah tsb. Dengan persetujuan keluarga Raden Saleh, dia membawa sang bocah ke Cianjur yang pada saat itu merupakan Keresidenan Priangan. Residen Cianjur adalah saudara muda Gubernur Jendral Baron van der Capellen yaitu Letnan Kolonel Jonkher Robert Lieve Jasper van der Capellen. Dia membuka sekolah kecil yang diperuntukkan untuk anak-anak pribumi. Sekolah itu bertempat di gedung yang biasa digunakan para umat Kristiani dari Ambon. Residen yang berpikiran liberal ini juga mengangkat seorang Haji untuk menjadi Kepala Sekolahnya. Tujuannya jelas: untuk menarik dukungan keluarga pribumi. Pelajaran di sekolah ini adalah baca tulis Melayu menggunakan aksara Jawa dan Romawi, Arab juga aritmetika dasar. Paijen memasukkan Raden Saleh ke sekolah ini dikarenakan di Cianjur hanya sekolah ini lah yang ada. Selama bersekolah di Cianjur, Raden Saleh kecil  tinggal di Bogor bersama Paijen dimana Paijen bertugas pada C.G.C Reinwardt  (Direktur Pertanian, Seni dan Ilmu) juga sebagai pelukis seni pemerintah. Reinwardt sendiri adalah pendiri Kebun Raya Botani Bogor yang sangat termasyur. Dari Paijen lah kemampuan Raden Saleh kecil terpupuk, karena Paijen sering mengajarkan cara menggambar dan melukis. Bahkan Raden Saleh kecil terbiasa melihat bahkan membuat gambar dan litho dari berbagai obyek-obyek alami pesanan penelitian professor Reinwardt. Entah dari Residen Cianjur ataui dari Paijen, bakat luar biasa Raden Saleh ini terdengar sampai Gubernur Jendral Godert Alexander Gerard Phillip Baron van der Capellen (1778-1848). Baron van der Capellen adalah seorang bangsawan yang berorientasi ilmiah dan negarawan dan sangat tertarik untuk mempromosikan pengkajian tentang bahasa-bahasa dan kebudayaan pribumi. Bakat seni Raden Saleh menarik perhatian J.Ch. Baud (mantan sekretaris jendral Baron van der Capellen). Baud pernah mengirim surat kepada Gubernur Jendral J van den Bosch mengenai pelukis muda berbakat ini. Ketika Paijen kembali ke Eropa awal tahun 1825, Raden Saleh pindah ke Batavia dan menjadi bagian dari keluarga berkebangsaan Belgia  Jean Baptiste de Linge dan istrinya Colette Therese Verrue. De Linge adalah akuntan keuangan pada Direktorat Keuangan. Dan ketika de Linge melakukan tugas ke Belanda, Raden Saleh pun ikut ke Belanda dgn menggunakan kapal Pieter en Karel.
Besar kemungkinan perjalanan Raden Saleh ke Belanda biayanya ditanggung oleh organisasi Javaansch Weldagig Genootschap dimana paman Raden salah Kyai Adipati Suero Adimenggolo adalah salah seorang anggotanya. Juga Sekjen organisasi ini adalah J. van der Vinne juga Baron van der Capellen masih menjabat sebagai anggota organisasi mengelola masyarakat ini. Ketika de Linge dijadwalkan kembali ke Batavia, Raden Saleh meminta izin untuk tinggal lebih lama di Belanda, dia ingin belajar lebih banyak di negeri kincir angin tersebut. Surat beasiswa ditujukan kepada Menteri Pekerjaan Air, Industri Nasional dan Urusan Koloni Mr.G.G Clifford. Clifford menulis memorandum kepada Raja William I dari Netherlands Utara  dan menyarankan Raja untuk mengijinkan Raden Saleh tinggal selama dua tahun dengan biaya sebesar F 4000. Biaya tersebut diambil dari kas koloni. Raja William I sepakat dengan saran sang Menteri, ia menyetujui anggaran dana yang diajukan untuk pendidikan Raden Saleh. Maka Raden Saleh menjadi “anak negara” yang diawasi langsung oleh Jean Chretien Baud (1789-1895) Direktur Urusan Koloni Hindia Timur. Baud adalah pria yang memiliki keluarga besar dan sangat perhatian kepada bakat Raden Saleh…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kaum Badui Arab

“Menurut Khalifah Umar Bin Khattab, orang-orang Badui lah yang melengkapi  Islam dengan bahan-bahan yang kasar”. Kaum Badui A...