Hallo Bandoeng – Wieteke Van Dort
Lagu ini mengisahkan hubungan telepon radio antara Hindia Belanda,
khususnya pulau Jawa, dengan Netherland pada Januari 1929, berkat bantuan
stasiun pemancar radio di Gunung Malabar Bandung yang dibangun sejak 1917 dan
stasiun serupa di Kootwijk - Netherland.
Hubungan telepon radio dapat digunakan umum dengan biaya 33 Gulden untuk
tiga menit pertama antara Netherland dan Netherland Indies, konon untuk bisa
melakukan "hubungan" tersebut kita harus menabung selama 2 tahun.
Lagu ini bercerita tentang seorang nenek di Belanda yang tiap bulan nabung
uang supaya dia bisa nelepon SLJJ anaknya di Bandung. Tapi setelah uangnya
cukup buat nelefon, anaknya tidak bisa pulang karena sudah menikah dengan
wanita pribumi dan juga sudah memiliki anak. Tapi akhirnya dia rela saat
mendengar suara cucunya,walaupun dia menjadi sangat sedih.
‘t Oude
moedertje zat bevend
Op het
telegraafkantoor
Vriend’lijk
sprak de ambt’naar
Juffrouw,
aanstonds geeft Bandoeng gehoor
Trillend op haar
stramme benen
Greep zij naar
de microfoon
En toen hoorde
zij, o wonder
Zacht de stem
van hare zoon
refrain:
“Hallo!
Bandoeng!”
“Ja moeder hier
ben ik!”
“Dag liefste
jongen”, zegt zij met een snik
“Hallo, hallo!
Hoe gaat het
oude vrouw?”
Dan zegt ze
alleen:
“Ik verlang zo
erg naar jou!”
Lieve jongen,
zegt ze teder
Ik heb
maandenlang gespaard
‘t Was me om jou
te kunnen spreken
M’n allerlaatste
gulden waard
En ontroerd zegt
hij dan:
“Moeder Nog vier
jaar, dan is het om
Oudjelief, wat
zal ‘k je pakken
Als ik weer in
Holland kom!”
refrain
“Jongenlief”,
vraagt ze, “hoe gaat het Met je kleine bruine vrouw?”
“Best hoor”,
zegt hij, “en we spreken
Elke dag hier over
jou
En m’n kleuters
zeggen ‘s avonds
Voor het slapen
gaan een gebed
Voor hun
onbekende opoe
Met een kus op
jouw portret”
refrain
“Wacht eens,
moeder”, zegt hij lachend “
‘k Bracht mijn
jongste zoontje mee”
Even later hoort
ze duidelijk
“Opoe lief,
tabeh, tabeh!”
Maar dan wordt
het haar te machtig
Zachtjes
fluistert ze:
“O Heer Dank dat
‘k dat heb mogen horen…”
En dan valt ze
wenend neer
“Hallo!
Bandoeng!”
“Ja moeder hier
ben ik!”
Ze antwoordt
niet.
Hij hoort alleen
‘n snik
“Hallo! Hallo!…”
klinkt over verre zee
Zij is niet meer
en het kindje roept: “Tabeh”
Terjemahan lagu ini kira-kira
adalah:
Hallo Bandung
Ibu tua bergetar sambil duduk
Di kantor telepon
Pegawai ramah berbicara:
“Nona, sebentar lagi Bandung akan menjawab”
Dengan kaki bergetar yang juga membeku
Dia mengambil mikrofon
Maka dia mendengar, “Oh, Ajaib!”
Alunan suara putra nya.
Reff:
“Hallo Bandung”
“Iya Ibu, saya disini!”
“Salam dari cucumu yang manis” katanya sedih
“Halo!”, “Halo!”
“Apa Khabar Bu?”
“Saya sangat kangen kamu!”
“Anakku yang manis”, kata Ibu tsb dengan mesra.
“Saya menabung selama bulanan”
“Untuk bisa bicara sama kamu”
“Saya bersedia memberi gulden ku yang terakhir”
Dengan iba, anaknya menjawab:
“Ibu, empat tahun lagi aku akan selesai”
“Ibuku yang manis, aku akan menggendongmu”
“Kalau nanti saya sampai di Belanda lagi”
“Anakku yang manis, bagaimana khabar istrimu(wanita
pribumi)?”
“Baik-baik saja Bu”, kemudian dia berkata “kami selalu
membicarakan Ibu”
“Setiap hari kami membicarakan Ibu”
“Juga anak-anak kami setiap malam selalu berdoa untuk Ibu”
“Sebelum tidur sebuah doa”
“Untuk nenek yang belum mereka kenal”
“Mereka pun mencium potret mu”
Reff
“Tunggu Bu” katanya sambil tertawa.
“Ini saya membawa anak bungsu saya”
Kemudian terdengar jelas
“Nenek yang manis”, “Tabeh”, “Tabeh”
Tapi dia sudah tak tahan lagi
Dengan alunan suara yg keras dia berkata
“Oh Tuhan, terima kasih aku bisa mendengar suaramu!”
Kemudian dia jatuh sambil menangis.
“Halo Bandung!”
“Ibu! Saya disini”
Dia tidak menjawab
Dia hanya mendengar dengan sendu
“Halo” “Halo” bisa didengar dari laut jauh
Dia sudah tidak ada lagi dan anak bungsunya memanggil “Tabeh!”
Willy Derby - Hallo Bandoeng
BalasHapushttps://posmusica.wordpress.com/2020/03/23/willy-derby-hallo-bandoeng/
setiap saya mendengarkan lagu ini, selalu tak terasa air mata bercucuran, membayangkan apa yang terjadi saat itu.
BalasHapus