Sabtu, 10 Agustus 2013

TALIBAN



September 1996

Dua setengah tahun kemudian, Mariam terbangun pada pagi hari 27 September karena sorak sorai dan lengkingan peluit, ledakan petasan dan alunan musik. Dia bergegas memasuki ruangan tamu, mendapati Laila telah berada di dekat jendela, dengan Aziza yang duduk di bahunya. Laila berpaling dan tersenyum. “Taliban sudah Datang”, katanya.

Mullah Omar
Mariam pertama kali mendengar Taliban dua tahu sebelumnya pada Oktober 1994, ketika Rasheed menyampaikan kabar bahwa mereka telah menanklukan para panglima perang di Kandahar dan menduduki kota itu. Taliban adalah pasukan gerilyawan, kata Rasheed, beranggotakan para pemuda Pasthun yang berasal dari keluarga-keluarga yang melarikan diri ke Pakistan selama perang melawan Sovyet. Sebagian besar mereka dibesarkan sebagian lagi bahkan dilahirkan di kamp-kamp pengungsian di sepanjang perbatasan Pakistan. Dan di madrasah-madrasah Pakistan, mereka diajar oleh mullah-mullah penganut Syariah. Pemimpin mereka adalah seorang pria misterius bermata satu yang buta huruf dan bersifat tertutup bernama Mullah Omar, yang kata Rasheed dengan senang menyebut dirinya sendiri Amirul-Mukminin. Pemimpin kaum Beriman.
“Memang benar, para pemuda itu tidak mempunyai risha, tak punya akar” , kata Rasheed, tanpa memandang Mariam maupun Laila. Sejak upaya pelarian mereka yang gagal dua setengah tahun yang lalu, Mariam tahu bahwa dirinya dan Laila telah menjadi makhluk yang sama di mata Rasheed, sama-sama bejad, sama-sama layak mendapatkan kecurigaan, cecaran dan hinaan. Setiap kali Rasheed bicara, Mariam mendapatkan kesan bahwa dia sedang bercakap-cakap dengan dirinya sendiri, atau dengan seseorang yang tidak terlihat di dalam ruangan, yang tidak seperti Mariam dan Laila, layak mendengarkan pendapatnya.

“Mereka mungkin saja tak punya masa lalu,” katanya, menghembuskan asap rokok dan menatap langit-langit. “Mereka mungkin saja tak tahu apa-apa soal dunia atau pun sejarah negeri ini. Ya. Dan, dibandingkan dengan mereka Mariam ini mungkin bisa disamakan dengan dosen di Perguruan Tinggi. Ha! Yang benar saja. Tapi lihat saja di sekelilingmu. Apa yang kau lihat? Komandan para Mujahidin yang korup dan serakah, raja senjata, juragan heroin, menyatakan jihad melawan sesamanya dan membantai semua orang yang ada dia antara mereka. Itulah. Setidaknya, Taliban ini murni dan tidak korup, setidaknya, mereka beranggotakan para pemuda Muslim yang taat. Walah, saat mereka datang, mereka akan menyapu bersih tempat ini. Mereka akan menghadirkan kedamaian dan menegakkan aturan. Orang-orang tidak akan ditembaki lagi hanya karena keluar untuk membeli susu. Tidak akan ada roket lagi! Pikirkan saja.”
Sejak dua tahun terakhir, Taliban berjuang melancarkan jalan mereka menuju Kabul, merebut berbagai kota dari cengkrama Mujahidin, mengakhiri setiap perang antar faksi. Mereka berhasil menangkap komandan Hazara, Abdul Ali Mazari dan mengeksekusinya. Selama berbulan-bulan, mereka menduduki daerah pinggiran sebelah selatan kota Kabul, menembaki kota, saling melempari roket dengan pasukan Ahmad Shah Massoud. Pada awal Sebterber 1996, mereka telah berhasil menduduki Jalalabad dan Sarobi. Taliban memiliki satu hal yang tidak dimiliki Mujahiddin, kata Rasheed. Persatuan. “Biarkan saja mereka datang”. Kata Rasheed. “Aku sendiri yang akan menghujani mereka dengan bunga mawar.”

š
Mereka pergi pada suatu hari, berempat. Rasheed memimpin mereka berganti bus, untuk menyapa dunia baru mereka, para pemimpin baru mereka. Disetiap lingkunganyang luluh lantak, Mariam melihat orang-orang bermunculan dari dalam reruntuhan dan bergerak ke jalanan. Dia melihat seorang wanita tua membuang-buang segenggam beras, melemparkan butir-butirnya pada pejalan kaki yang melewatinya. Menyunggingkan senyuman tanpa gigi di wajah keriputnya. Dua orang pria saling memeluk di tengah puing-puing bangunan, sementara petasan-petasan yang disulut oleh para pemuda di atas atap melesat, mendesis dan meledak di langit. Lagu kebangsaan membahana di mana-mana. Bersaing dengan klakson mobil.
“Lihat, Maryam!” Aziza menunjuk sekelompok anak laki-laki yang berlari sepanjang Jadeh Maywand. mereka mengacung-acungkan kepalan ke udara dan menyeret kaleng-kaleng berkarat yang diikat dengan senar. Mereka bersorak-sorai meneriakkan usiran bagi Massoud dan Rabbani.
Dimana-mana, orang-orang berseru: “Allahu Akbar!”
Mariam melihat sehelai seprai digantungkan di sebuah jendela di Jadeh Maywand. Di atasnya, seseorang menuliskan tiga kata dalam huruf-huruf hitam dan besar: ZENDA BAAD TALIBAN! Panjang Umur Taliban!
Ketika menyusuri jalan, Mariam melihat lebih banyak tanda. Ditulis di jendela, dipaku ke pintu, diikat di antenna mobil, memproklamasikan hal yang sama.
š

Siang itu, di Alun-Alun Pasthunistan bersama Rasheed, Laila, dan Aziza, untuk pertama kalinya, Mariam melihat Taliban. Banyak orang berkerumun disana. Mariam melihat orang-orang menjulurkan leher, orang-orang berkeliling di sekeliling air mancur biru yang terdapat di tengah alun-alun, orang-orang  menginjak-injak hamparan bunga kering. Mereka berusaha melihat sebaik mungkin ke ujung Alun-Alun, ke dekat bangunan tua Restoran Khyber.
Rasheed memanfaatkan ukuran tubuhnya untuk mendorong dan menjejalkan diri di antara para penonton, membawa Mariam dan Laila ke dekat pria yang berbicara dengan pengeras suara. Ketika melihat pria itu, Aziza langsung memekik dan membenamkan wajahnya ke burqa Maryam.
Suara yang membahana itu berasal dari pria muda ramping dan berjanggut yang menggunaan sorban hitam. Dia berdiri di atas semacam panggung darurat. Satu tangannya memegang pengeras suara, dan tangan yang lain menggenggam pelontar roket. Di sebelahnya, dua orang pria dengan tubuh bersimbah darah menggantung pada tali yang diikatkan ke tiang lampu lalu lintas. Pakaian mereka telah terkoyak-koyak. Wajah mereka mengembung dan berwarna biru keunguan.
“Aku tahu orang itu!” kata Maryam, “yang sebelah kiri” dan mengatakan bahwa pria itu adalah Najibullah. Pria yang lain adalah saudaranya. Maryam teringat pada wajah Najibullah yang bulat dan berkumis tebal, tersenyum lebar di baliho-baliho etalase-etalase toko selama pendudukan Sovyet.
Nantinya, Mariam mendengar bahwa Taliban menyeret Najibullah dari tempat persembunyiannya di Markas PBB di dekat Istana Darulaman. Setelah itu mereka menyiksanya selama berjam-jam, lalu mengikatkan kakinya ke sebuah truck dan menyeret tubuhnya yang tak lagi bernyawa di jalanan.
“Dia telah membunuh begitu banyak umat Muslim!” Talib muda itu berteriak dengan pengeras suara. Dia berbicara dengan bahasa Farsi berlogat Pashto dan sesekali menyelipkan kalimat-kalimat dalam bahasa Pashto. Dia menekankan kata-katanya dengan menunjuk-nunjuk ke dua mayat itu dengan senjatanya. “Semua orang tahu tentang kejahatannya. Dia adalah seorang komunis dan seorang kafir. Inilah yang harus kita lakukan pada orang-orang yang membangkang terhadap Islam!”
Rasheed tersenyum lebar.
Dalam pelukan Mariam, tangis Aziza mulai pecah.

š

Keesokan harinya, Kabul dibanjiri oleh truck. Di Khair khana, Shar-e-Nau, Karteh-Parwan, Wazir Akbar Khan, dan Taimani, truck-truck Toyota merah menyusuri jalanan. Para pria berjenggot den berserban hitam duduk di atas bangku-bangkunya. Dari setiap truck, sebuah pengeras suara meneriakkan pengumuman, pertama dalam bahasa Farsi dalu diulang dalam bahasa Pastho. Pesan yang sama diumumkan melalui pengeras suara yang ada di masjid-masjid juga di radio-radio, yang sekarang dikenal dengan VOICE OF SHARI’A. Pesan itu juga dicetak di atas selebaran yang ditempatkan di jalanan. Mariam menemukan salah satunya di halaman.
WATAN KITA SEKARANG BERNAMA EMIRAT ISLAM AFGHANISTAN. BERIKUT ADALAH UNDANG-UNDANG YANG KAMI SAHKAN DAN HARUS DIPATUHI SEMUA ORANG:
-SEMUA PENDUDUK DIWAJIBKAN MENUNAIKAN SHALAT LIMA WAKTU. MEREKA YANG TERTANGKAP SEDANG MELAKUKAN HAL LAIN KETIKA TIBA WAKTU SHALAT AKAN DICAMBUK
-SEMUA PRIA DIWAJIBKAN MEMELIHARA JANGGUT. PANJANG DAN TEPAT SETIDAKNYA SATU KEPALAN DIBAWAH DAGU. MEREKA YANG MEMBANGKANG DARI ATURAN INI AKAN DICAMBUK
-SEMUA ANAK LAKI-LAKI DIWAJIBKAN MENGGUNAKAN SERBAN. ANAK LAKI-LAKI DARI KELAS SATU HINGGA KELAS ENAM DIWAJIBKAN MENGGUNAKAN SERBAN HITAM.DAN ANAK LAKI-LAKI DARI KELAS YANG LEBIH TINGGI DIWAJIBKAN MENGGUNAKAN SERBAN PUTIH. SEMUA ANAK LAKI-LAKI DIWAJIBKAN MENGGUNAKAN PAKAIAN  ISLAMI. KERAH BAJU HARUS DIKANCINGKAN.
-DILARANG MENYANYI
-DILARANG MENARI
-DILARANG BERMAIN KARTU, BERMAIN CATUR DAN MENERBANGKAN LAYANG-LAYANG
-DILARANG MENULIS BUKU, MENONTON FILM DAN MELUKIS
-MEREKA YANG MEMELIHARA BURUNG PARKIT AKAN DICAMBUK. BURUNG PELIHARAAN HARUS DIBUNUH
-MEREKA YANG MENCURI AKAN DIHUKUM POTONG TANGAN. JIKA KEJAHATAN INI TERULANG KEMBALI PELAKUNYA AKAN DIHUKUM POTONG KAKI
-MEREKA YANG BUKAN MUSLIM DILARANG BERIBADAH DI DEPAN UMAT MUSLIM. MEREKA YANG MEMBANGKANG AKAN CICAMBUK DAN DIPENJARA. MEREKA YANG TERTANGKAP SEDANG BERUSAHA MENGGANGGU KEIMANAN SEORANG MUSLIM AKAN DIHUKUM MATI

KHUSUS BAGI WANITA:
-SEMUA WANITA DIWAJIBKAN TINGGAL DI DALAM RUMAH SEPANJANG WAKTU. WANITA TIDAK PANTAS BERKELIARAN TANPA TUJUAN DI JALANAN. SETIAP WANITA YANG PERGI KELUAR RUMAH HARUS DITEMANI OLEH SEORANG MUHRIM LAKI-LAKI. MEREKA YANG TERTANGKAP SENDIRIAN DI JALAN AKAN DICAMBUK DAN DIPULANGKAN
-SEMUA WANITA DALAM SITUASI APAPUN DILARANG MENUNJUKKAN WAJAH. SEMUA WANITA DIWAJIBKAN MENGENAKAN BURQA KETIKA BERADA DI LUAR RUMAH. MEREKA YANG TIDAK MENGENAKAN BURQA AKAN DIHUKUM CAMBUK
-DILARANG MENGENAKAN ALAT RIAS
-DILARANG MENGENAKAN PERHIASAN
-DILARANG MENGENAKAN PAKAIAN YANG INDAH
-DILARANG BERBICARA KECUALI ADA YANG MENGAJAK BERBICARA
-DILARANG MELALKUKAN KONTAK MATA DENGAN PRIA
-DILARANG TERTAWA DI DEPAN UMUM. MEREKA YANG MEMBANGKANG AKAN DICAMBUK
-DILARANG MENGECAT KUKU. MEREKA YANG MEMBANGKANG AKAN DIHUKUM POTONG JARI
-ANAK-ANAK PEREMPUAN DILARANG BERSEKOLAH. SEMUA SEKOLAH KHUSUS PEREMPUAN AKAN SEGERA DITUTUP
-SEMUA WANITA DILARANG BEKERJA
-MEREKA YANG DIDAPATI BERSALAH KARENA ZINA AKAN DIRAZAM HINGGA TEWAS
-DENGARLAH! DENGARLAH DENGAN BAIK. PATUHILAH. ALLAHU AKBAR !

Rasheed memastikan radio. Mereka sedang duduk di lantai ruang tamu, menyantap makan malam. Kurang dari seminggu setelah melihat mayat Najibullah di tali gantungan.
“Mereka tak bisa menyuruh setengah penduduk Afghanistan diam di rumah tanpa melakukan apa-apa,” kata Laila.
“Kenapa tidak?” tukas Rasheed. Maryam langsung menyetujuinya, lagipula dilihat dari segi efek, bukankah Rasheed juga melakukan hal yang sama kepadanya dan Laila? Tentunya Laila tahu akan hal itu.
“Tempat ini bukan kampung. Ini adalah Kabul. Wanita disini menjadi pengacara dan dokter, mereka memiliki posisi di pemerintahan.”
Taliban
Rasheed menyeringai, “Bicaramu seperti anak perempuan arogan pembaca puisi lulusan universitas. Ah, memang benar begitu bukan? Sangat urban, sangat tajik, kau ini. Kau pikir gagasan yang diusung Taliban in baru dan radikal? Apakah kau hidup diluar cangkang kecil berharka di Kabul? Apa kau pernah mengunjungi Afghanistan yang sebenarnya? Di selatan, di timur di sepanjang perbatasan suku dengan Pakistan? Tidak? Aku pernah. Dan aku bisa memberitahumu bahwa ada banyak tempat di negara ini yang selalu menjalani kehidupan dengan cara itu atau setidaknya mirip begitu. Tapi tentu saja kau tak tahu!”
“Aku tak bias mempercayainya,” kata Laila, “Tentunya mereka tidak serius”.
“Yang dilakukan Taliban terhadap Najibullah tampak serius di mataku,” kata Rasheed “Apa kau tak setuju?”
“Tapi dia komunis! Dia Kepala Polisi Rahasia”
Rasheed tergelak.
Mariam mendengar jawaban dalam tawa Rasheed bahwa di mata Taliban menjadi komunis dan pemimpin KHAD yang ditakuti membuat Najibullah hanya sedikit lebih hina dari wanita…

-  Mariam dan Laila adalah kedua istri Rasheed
Sumber: A THOUSAND SPLENDID SUNS, Khaled Hosseini.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kaum Badui Arab

“Menurut Khalifah Umar Bin Khattab, orang-orang Badui lah yang melengkapi  Islam dengan bahan-bahan yang kasar”. Kaum Badui A...